Kisah Seorang Anak Muda Berusaha Membunuh Ibunya dan Lumpuhnya Tangannya
Tiba-tiba dia menghentikan mobilnya dan berkata kepada ibunya, “Turunlah.” Sang ibu yang shalihah itu bertanya, “Apakah kita sudah sampai ke tempat orang yang mengundang kita?” Dia menjawab, “Tidak ada seorang pun yang mengundang kita, akan tetapi aku akan membunuh ibu, karena ibu telah membuat susah kehidupanku dan istriku.” Maka dengan serta merta ibunya menangis seraya mengatakan, “Kalau begitu tempatkanlah aku di sebuah rumah sendirian.” Dia berkata, “Jika aku melakukan itu, niscaya orang-orang akan mencelaku. Tapi jika aku membunuh ibu, maka tidak ada yang mengetahui kita.” Ibunya berkata, “Allah Mahatahu dengan perkaramu, dan Dia pasti akan membalasmu dan juga istrimu.”
Dengan nada mencemooh, dia berkata kepada ibunya, “Kalau begitu, Allah pasti akan menyelamatkan ibu dari cengkeramanku.” Dengan suara lantang ibunya berkata, “Allah pasti akan membalasmu. Aku tidak takut mati selama kamu sudah berketetapan hati untuk membunuhku. Karena Allah Ta’ala telah berfirman, ‘Maka apabila telah datang waktunya (kematian), mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya’.” (Al-A’raf: 34).
Lantas, sang anak hendak membunuh ibunya. Akan tetapi ibunya berkata, “Biarkanlah aku shalat dua rakaat terlebih dahulu, apabila aku telah sampai pada posisi duduk tasyahud dalam keadaan membaca tasyahud, maka bunuhlah aku jika kamu mau. Karena aku tidak mau melihatmu membunuhku.”
Demikianlah, ibunya kemudian menghadap kiblat dan dengan suara yang penuh kepercayaan kepada Allah, dia bertakbir, “Allahu Akbar.” Dia mulai shalat dengan khusyu’ yang sempurna. Sementara anaknya menunggu diam penuh ketakutan. Akan tetapi Allah Mahatahu apa-apa yang ada di dalam hati, Maha Mengetahui yang tersembunyi, Maha Penolong kepada orang yang terzhalimi, Dzat yang apabila berkehendak melakukan sesuatu, maka hanya dengan mengatakan, “Jadilah”, maka jadilah ia.
Tatkala ibunya telah sampai pada posisi tasyahud, kedua mata anaknya itu memerah dan anggota badannya gemetar. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada seorang pun yang datang. Dia pun mengangkat batu yang ada di tangannya, dari belakang ibunya, hendak menjatuhkan batu itu ke kepala ibunya dan memecahnya menjadi dua. Namun tidak lama kemudian, ibunya mendengar teriakan keras dari anaknya. Dalam keadaan takut dia menoleh ke anaknya untuk mengetahui apa yang terjadi? Ternyata dia melihat anaknya tenggelam ditelan bumi. Tangannya yang membawa batu telah lumpuh dan tidak dapat menggerakkannya. Maka sang ibu pun berteriak menangisi anak satu-satunya, “Anakku, ya Rabbi, aku tidak punya anak selainnya…, apa yang terjadi padamu anakku?”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan